Jumat, 19 Desember 2025

Ketuhanan

SEJATINYA  TUHAN VERSI MANUSIA JAWA

Waktunya belajar rendah hati dan toleransi,sekaligus kritis dan percaya diri !!!.

Di dunia ini sebenarnya hanya ada dua Tuhan ;  
✓Satu,tuhan yang kita ciptakan. 
✓Dua,Tuhan yang menciptakan kita.

Tuhan yang pertama itu yang kemudian di sebut konsep keTuhanan dan ini yang kemudian melahirkan banyak ajaran ketuhanan yang bermacam-macam. 

Dan tidak masalah sebenarnya. Menjadi masalah ketika tuhan (dengan ‘t’ kecil) ini di bawa keruang public dan di paksakan orang kebanyakan harus mempercayainya.

Dan awal petaka-pun di mulai, bagaimana orang-orang yang mengaku sama-sama memuja tuhan bisa saling kelahi,memusuhi bahkan bunuh-bunuhan. 

Tidak hanya perang beda agama. Bahkan yang masih satu agama-pun banyak yang saling kelahi dan bunuh-bunuhan dengan sama-sama mengatas namakan tuhannya.

Mulut teriak “tuhan maha pengasih dan penyayang !” tapi kelakuannya bengis dan kejam. 
Paradok yang aneh ?. 

Bagi manusia Jawa itu tidak aneh. Karena memang akan penuh paradok, keganjilan dan kemunafikan seperti itu orang-orang yang suka memuja konsep ketuhanan/ego.

Manusia Jawa tidak memuja konsep keTuhanan alias tuhan yang kita ciptakan sendiri. 

Karena itu manusia jawa juga tidak pernah mempermasalahkan,orang mau menyebut nama Tuhannya dengan panggilan apa ?. 

Alllah, Yahwe, Ra, Ellia, Krisna, Yesus, Zeus, Budha, Hyang Widhi. 
Karena semua nama itu juga cuma konsep buatan manusia saja.
 
Manusia Jawa berserah diri pada sejatinya Tuhan yang menciptakan kita. 

Dan manusia Jawa sudah sampai pada titik kesadaran bahwa,sejatinya Tuhan itu Tan Keno Kinoyo Ngopo atau Acintya.

Tuhan itu teramat besar,jadi tidak mungkin manusia bisa mengenal sejatinya Tuhan secara final,sempurna dan paripurna. 

Maka di Jawa tidak ada kitab suci,karena manusia jawa tidak  pernah ingin memberi batas kepada Tuhan yang maha tidak terbatas.

Jika orang Islam beribadah kiblatnya menghadap ke Ka’bah di Mekah,Arab Saudi sana. 

Sementara manusia Jawa kiblat ibadahnya  ke dalam dirinya sendiri. Dan itu sudah sama nilainya dengan beribadah di dalam Ka’bah ?.
 
Bukankah ketika orang Islam beribadah didalam Ka’bah,menghadap kemanapun tidak masalah khan ?. 

Begitupun ketika manusia jawa berkiblat ke diri,raganya mau menghadap kemanapun tidak masalah. 

Keren dan merdeka memang ibadahnya manusia Jawa itu khan ? 😊

Ngelmu iku kelakone kati laku. Pengenalan haqiqat kesejatian Tuhan bagi manusia Jawa harus lewat “laku” praktek. 

Punya pengalaman empiris/kasunyatan,bukan cuma kegiatan teoritis. 

Seperti bermain sex,sesederhana apapun pasagan kita tentu itu lebih enak-menggetarkan praktek langsung daripada cuma dengar-baca cerita/dongeng tentang indahnya bercinta.

Begitupun persentuhan dengan kasunyatan Tuhan,itu jauh lebih indah dan menggetarkan daripada cuma membaca-hapalkan kitab para nabi. 

Walau mungkin kita tidak akan bisa merangkai dalam kata-kata keindahanNya itu. 

Dan memang begitulah keyakinan manusia jawa,dalam diam-hening ada seseuatu yang lebih agung dan murni daripada apa yang di ucapkan mulut.

Karena “laku” itu bagian dari proses batin-bagian dari seluruh sejarah kepribadian kita. 

Dari situ akan ada satunya antara yang di hati,mulut dan perbuatannya. Sebagai bagian integral dari laku itu.

Jadi misal ngomong,“Tuhan Maha Pemurah ”  Ya,karena sudah merasakan kemurahanNya.

Beda kalau cuma modal pintar teori dan hapal kitab,pasti hanya akan menjadi ustadz Jarkoni alias iso ujar raiso nglakoni ( pintar ngomong ndak bisa praktekkan). 

Maka tidak usah heran,jika ada orang ahli agama dan hapal isi kita suci,tapi suka ngibul dan cabul. 
Karena ilmu agamanya hanya sampai di tenggorokan doang.

Mulut ngomong,“Tuhan maha pemurah ” tapi setelah itu ngemis minta ini-itu pada Tuhan. 
Itu ‘nglunjak’ alias serakah namanya. 

Orang kalau sudah di kasih-di murahin itu bersyukur-terima-kasih bukannya malah tambah banyak minta ini-itu.

Yang lebih parah,akibat memuja konsep keTuhanan itu,akhirnya banyak manusia yang songong dan sombong  menjadi tuhan atas sesamanya. 

Belum pernah survai ke akhirat sudah  berani  menghakimi si A masuk neraka si B masuk Surga. 
Padahal mereka itu sebenarnya hanya sedang cari makan dari umat dengan menipu.

Jadi di dunia ini sebenarnya tidak ada yang punya otoritas kebenaran tunggal sebagai wakil Tuhan. 

Kalau ingin melihat kedekatan manusia dengan sejatinya Tuhannya ya lihat saja pada ahkaknya yang di laksanakan bukan pada baju yang di kenakannya.

Orang yang dekat sejatinya Tuhan pasti berpandangan luas tidak tersekat-sekat pemikirannya. 

Karena sejatinya Tuhan memang universal. 
Jadi walau orang itu beragama pasti tidak terkotak-kotak pergaulannya. 

Orang yang berpandangan luas pasti toleran. 

Dan manusia Jawa sangat terkenal karena toleransinya. 
Karena itu agama apapun yang masuk di Jawa pasti di terima kebaikannya,tapi tidak pernah akan di terima secara absolut/muntlak. 

Karena kebenaran memang bisa datang dari agama manapun,tapi yang absolut/muntlak hanya milik sejatinya Tuhan.

Orang yang dekat sejatinya Tuhan pasti rendah hati dan terbuka  pemikirannya. 

Karena sadar hanya Tuhan yang maha segala-galanya dan Tuhan bisa juga memberi pencerahannya lewat mana saja,termasuk lewat orang yang mungkin lain agamanya.
 
Orang yang dekat sejatinya Tuhan pasti penuh welas asih,jujur dan lebih mengutamakan esensi daripada cuma gebyar penampilan ragawinya. 

Kebahagiaan selalu memancar dari dalam jiwanya,karena jiwa mereka telah terbebas dari himpitan dan belenggu-belenggu kemelakatan pada benda-benda keduiawian.

Bagaimana dengan orang yang suka memuja konsep ketuhanan/egonya ?. Ya gitulah,suka merasa paling benar, suci dan sempurna sendiri. 

Padahal bacaannya cuma satu kitab. Songong dan sombong merasa sebagai ahli surga,padahal alamat surga di mana tidak tahu.

Intoleran,suka menyebar hoak,suka memaksakan kehendak,emosian dan memuja kekerasan. 

Penuh tipu-tipu lah pokoknya hidupnya tapi di bungkus kesucian.,persis dengan kuburan yang di cat putih. 

Putih-bersih memang luarnya,tapi bangkai busuk isinya !!!.

Jadi Tuhan manakah  sebenarnya yang jadi pandu penerang hidup kita saat ini ?. 
Tuhan yang kita ciptakan atau Tuhan yang menciptakan kita ?.

Dan quote dari Jalalludin Rumi ini mungkin bisa sebagai bahan renungan ; 
" Siapapun kita,Muslim,Yahudi atau Kristen,jika belum menyelami rahasia batin,yang nampak hanya perbedaan ".

Batin itu yang jadi kiblat ibadahnya manusia Jawa selama ini.

Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salah

Mitos Tumbal Proyek. Cerita tentang proyek besar yang “minta tumbal manusia” sering beredar di masyarakat Indonesia, dan kerap dikaitkan den...